Kuda Lumping: Tarian yang Tetap Eksis di Tengah Arus Modernisasi
Turonggo Panji Saputro Merupakan salah satu sanggar Kuda Lumping yang ada di jalur 16 Muara Sugihan, Sabtu (17/08/2024). Foto by/Amir Rohidin
Lestari.News| Busadin, salah satu ketua dari sanggar kuda lumping yang ada Muara Sugihan, keinginan busadin terjun ke dunia seni kuda lumping dikarenakan busadin sendiri menyukai kesenian. Dalam tarian Kuda Lumping yang di tampilkan oleh sanggar Turonggo Panji Saputro memiliki kesan dan makna tersendiri, Busadin mengatakan bahwa disaat mereka tampil didepan penonton yang banyak Busadin ingin mereka terkesan akan apa yang sanggar busadin tampilkan.
Busadin juga mengatakan bahwasanya sanggarnya Turonggo Panji Saputro sudah terkenal hingga desa sebelah. Nama Turonggo Panji Saputro sendiri memiliki arti tersendiri, Turonggo (Pemain) Panji (panjak) Saputro (Putra/Putri).
Yang membedakan sanggar Turonggo Panji Saputro dengan sanggar yang ada di jalur adalah tariannya, Busadin mengatakan“kalau yang membedakan ya dari tariannya.” Busadin juga mengatakan bahwa di jalur itu banyak sanggar Kuda Lumping selain sanggar Turonggo Panji Saputro contohnya Ebed dan juga Kuda Lumping dari banyumas, kesenian Kuda Lumping yang dibawakan oleh Turinggo Panji Saputro berasal dari Jawa Timur lebih tepatnya di jember “kalau Turonggo Panji Saputro sendri itu berasal dari Jawa Timur lebih.” Ujar Busadin
Kuda Lumping yang biasa kita kenal, masyarakat atau orang awam yang mengaitkan Kuda Lumping dengan hal hal mistis “kalau dibilang mistis itu tidak, tergantung kita menanggapinya, padahal hal hal misits itu tidak ada orang-orang yang kesurupan itu kan nggak ada itu cuman sekedar main dan untuk hiburan saja.” Ujar Busadin. Busadin juga menambahkan bahwasanya yang kesurupan itu sebenarnya tidak ada, itu cuma imajinasi masyarakat saja.
Sangggar Turonggo Panji Saputro itu sudah di kenal lama dan paling banyak yang mengenal, sanggar Turonggo Panji Saputro berdiri semenjak 2016 “Turonggo Saputro ini Berdiri sejak 10 juni 2016 bertepatan dengan malam suro, udah 10 tahun berjalan”Ujar Busadin . Selama hampir 10 tahun berjalan semenjak Turonggo Panji Saputro berdiri, Busadin memiliki kesan yang tidak bisa Busadin lupakan “yang tidak bisa dilupakan itu kumpul bersama teman-teman itu, semisal kita sudah pecah terus pisah sama teman yang lain itu yang tidak bisa dilupakan, kalau kita ngumpul misalkan lama tidak main kayak dulu seperti waktu corona kan itu sempat 2 tahun gak main, sekalinya main woohh meledak gitu,” Ucap Busadin.
Dalam menekuni duia kesenian, Busadin memiliki dukungan dari orang yang sangat penting bagi Busadin, keluarga paling mendukung dalam karirnya di Turonggo Panji Saputro dan yang membuat Busadin semangat dalam menjalani kesehariannya menjadi ketua di sanggar Turonggo Panji Saputro itu adalah anaknya yang mengikuti jejak Busadin di kesenian Kuda Lumping “kalau keluarga ya mendukung dan juga masalahnya anak saya ikut,” Ucap Busadin.
Lelah itu pasti, tapi tidak bagi busadin, kurang lbeih hampir 10 tahun menjadi ketua di sanggar Turonggo Panji Saputro dia tidak merasa capek, bahkan rasa ingin untuk keluarpun dia tidak ada, Busadin mengatakan “saya nggak capek dan tidak ada niat untuk keluar dari sanggar ini.”
Di zaman modern, budaya Kuda Lumping mulai berkurang digantikan dengan acara acara lain seperti orgen, Busadin berharap kesenian atau budaya Kuda Lumping tetap maju walaupun di luar daerah, “saya berharap kesenian kuda lumping ini semakin maju, di tahun tahun ini kuda lumping disini lebih sering di tampilkan di setiap acara selain hiburan lain.” Ucap Busadin.
Pakaian yang dikenakan oleh penari Kuda Lumping apakah memiliki ciri khas tersendiri dari sanggar Kuda Lumping yang lain, Busadin mengatakan “pernak pernik yang diutamakan di kuda lumping, kalau make up itu menyusaikan kalau temanya penari ya biasa biasa saja, jadi gak harus serem.”
Di jalur bukan hanya ada sanggar Turonggo Panji Saputro tetapi ada juga sanggar-sanggar yang lain tetapi lain desa, walaupun sanggar Kuda Lumping di jalur banyak tetrapi mereka tetap menjaga tali perdaudaraan, dalam hal ini busadin mengatakan“tidak ada, kalau di jalur itu ada grub sahabat kuda lumping itu dari jalur ke jalur memang bersatu memang ada grub chatnya.”
Reporter : Joka Misbakhul Munir
Editor : Manda Dwi Lestari
.jpeg)
Komentar
Posting Komentar