Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Melodi Dalam Bayang Penjajahan

Gambar
  CanvaDesain/Manda Dwi Lestari Di balik gemulai tarian Gending Sriwijaya terdapat  alunan musik yang berawal dari sebuah lagu pengantar tidur Jepang. Lagu Nina Bobo  menjadi bahan mentah dari sebuah proses kreatifitas.  Tahun 1944, Kepala Kantor Hodohan Palembang Shu Letkol O.M. Shida,  menyerahkan konsep musik Nina Bobo Jepang kepada A. Dahlan Muhibat. Seorang seniman sejati yang sebelumnya telah menciptakan lagu Sriwijaya Jaya pada tahun 1936.  Lirik lagu dikerjakan bersama Tim yang diketuai Nungcik A.R. Dahlan tidak serta-merta menerima nada Jepang begitu saja. Sebaliknya, ia memadukannya dengan nada-nada dari lagu Sriwijaya Jaya. Gabungan kedua elemen inilah yang membentuk dasar musikal Gending Sriwijaya. Tim menghasilkan lirik lagu yang sangat sentimental. Tidak melahirkan syair bernada perjuangan apalagi bernada politik kemerdekaan. Hal ini dapat dipahami, bagaimana sikap Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Namun, kenyataannya, Indonesia m...

Dari Palembang ke Dunia: Perjalanan Zainal Mengangkat Budaya Lokal

Gambar
Zainal songket memiliki sejarah yang panjang dan unik, simbol pelestarian budaya ini menjadi fungsi kesadaran bagi generasi penerus, Kamis (8/5/2025). LestarFoto/Fitri Novitasari Di sebelah kiri Jalan Ki Gede Ing Suro, Palembang, berdiri sebuah rumah yang sederhana namun  bermakna. Di situlah Zainal menenun benang demi benang menjadi kain yang tidak hanya indah, tetapi juga menyimpan sejarah dan filosofi budaya, Sumatera Selatan. Sudah lebih dari empat puluh tahun Zainal menekuni dunia songket, suatu keahlian turun-temurun dari sang Ibu, Cik Ipa. Dulu, selepas menamatkan bangku kuliah, Zainal merantau ke Jakarta. Bukan hanya berbekal ijazah, melainkan ilmu tenun yang diwariskan neneknya. Ia menjajakan kainnya dari rumah ke rumah, berharap satu lembar songket bisa mengubah nasib. Penolakan demi penolakan diterima, tapi semangat Zainal tak pernah padam.  “Saat itu orang Jakarta lebih kenal batik, belum tahu apa itu songket. Tapi dari situ saya mulai memperkenalkan,” kenang Zaina...

Songket Palembang Warisan Abadi Yang Dijaga Dengan Cinta

Gambar
Momen Foto bersama dengan penerus kedua ZAINAL SONGKET Kiagus M. Imron. Palembang, Kamis (8/5/2025). LestariFoto/Joka Misbakhul Munir Lestari.News | Di balik keanggunan kain songket Palembang, ada sosok pemuda ber umur 34 tahun. Sebagai penerus kedua ZAINAL SONGKET, Kiagus. M. Imron. kelahiran, Jakarta (12/5/1991),  Ia setia menjaga warisan budaya leluhur dengan semangat dan dedikasinya sebagai bentuk melestarikan budaya songket, Palembang.  ZAINAL SONGKET adalah museum pribadi yang didirikan pada tahun 2014, yang menjadi pusat edukasi dan pelestarian budaya songket Palembang. Museum ini memiliki ratusan koleksi songket yang unik dan langka, dengan motif yang berbeda-beda. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, Imron berencana untuk mengembangkan museum lebih lanjut dan mempromosikan songket Palembang ke seluruh dunia. “Saya berusaha melamar kerja dimana-mana, namun selalu gagal saya terduduk diam, akhirnya memutuskan untuk meneruskan  jejak Ayah saya sebagai pe...

Kuda Lumping: Tarian yang Tetap Eksis di Tengah Arus Modernisasi

Gambar
Turonggo Panji Saputro Merupakan salah satu sanggar Kuda Lumping yang ada di jalur 16 Muara Sugihan, Sabtu (17/08/2024). Foto by/Amir Rohidin Lestari.News| Busadin, salah satu ketua dari sanggar kuda lumping yang ada Muara Sugihan, keinginan busadin terjun ke dunia seni kuda lumping dikarenakan busadin sendiri menyukai kesenian. Dalam tarian Kuda Lumping yang di tampilkan oleh sanggar Turonggo Panji Saputro memiliki kesan dan makna tersendiri, Busadin mengatakan bahwa disaat mereka tampil didepan penonton yang banyak Busadin ingin mereka terkesan akan apa yang sanggar busadin tampilkan. Busadin juga mengatakan bahwasanya sanggarnya Turonggo Panji Saputro sudah terkenal hingga desa sebelah. Nama Turonggo Panji Saputro sendiri memiliki arti tersendiri, Turonggo (Pemain) Panji (panjak) Saputro (Putra/Putri). Yang membedakan sanggar Turonggo Panji Saputro dengan sanggar yang ada di jalur adalah tariannya, Busadin mengatakan“kalau yang membedakan ya dari tariannya.” Busadin juga mengatakan ...

Nasi Jagung Muara Sugihan: Rasa Lama, Cerita Tetap Hidup

Gambar
Nasi jagung, olahan jagung kering yang dikukus, menjadi makanan pokok alternatif di wilayah pedesaan Jawa Timur, Selasa (12/5/2025). LestariFoto/Manda Dwi Lestari Lestari.News| RUANGAN dapur sederhana di rumah Joko, di Muara Sugihan, tampak penuh dengan aroma nostalgia. Di sana, sejarah panjang nasi jagung terangkai dalam setiap alat dan proses yang dilakukan dengan telaten. Nasi jagung merupakan makanan pokok sejak 1932, berasal dari jagung yang diolah secara tradisional. diwariskan oleh leluhur dari Madura, khususnya oleh Wagimen, yang dulu mengenalkan makanan ini sebagai pengganti nasi beras yang langka di zaman Belanda. Dahulu, nasi jagung bukan sekadar pengganti, melainkan makanan utama bagi rakyat kecil. Jagung, ketela pohon, dan gadung menjadi bahan pokok yang mudah didapat dan mampu bertahan di masa sulit. Proses pengolahannya pun masih sangat tradisional jagung dipipil, ditumbuk di lumpang hingga kulitnya hilang, kemudian direndam minimal satu malam untuk menghasilkan tekstur ...

Rasa yang Tetap Abadi: Dari Masa Lalu Hingga Kini

Gambar
Nasi tiwul, hidangan tradisional dari olahan gaplek (singkong kering) yang dikukus, menyajikan rasa sederhana namun penuh kehangatan dan nostalgia, Senin (12/5/2025). “Rasanya tidak berubah dari zaman dulu hingga sekarang,” ucap wanita paruh baya. Wanita itu berasal dari Jawa Timur bernama Kartirah. Ia, menceritakan kenangnya tentang Nasi Tiwul. Nasi Tiwul merupakan makanan berbahan dasar singkong yang pernah menjadi makanan pokok di daerah Trenggalek dan Ponorogo.  Kenangan makan nasi tiwul selama kurang lebih 9 tahun untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengejar cita-cita katirah dulu sangat menggambarkan kondisi sosial ekonomi pada masa itu.   Katirah juga menceritakan proses pembuatan Nasi Tiwul dari pengelolahan singkong yang dipanen hingga menghasilkan makanan yang khas. Dalam prosesnya, setelah singkong dikupas terlebih dahulu dikeringkan.  “Singkong dikeringkan di terik matahari sampai kering. setelah itu, ditumbuk untuk dihaluskan menjadi tepung. Tepun...

Potret Jejak Sejarah di Tepi Musi: Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Gambar
Lestari.News | Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan salah satu tempat kebudayaan dan sejarah di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Terletak di tepian Sungai Musi, tak jauh dari Jembatan Ampera tepat di belakang Benteng Kuto Besak.  Museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, tetapi juga merupakan saksi bisu perjalanan panjang sejarah Palembang, khususnya masa Kesultanan Palembang Darussalam. Museum ini menyimpan berbagai artefak dari masa Kerajaan Sriwijaya, seperti prasasti batu, replika kapal kuno,  senjata tradisional (keris), hingga pakaian adat bangsawan.  Selain menjadi tempat edukasi, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II juga berfungsi sebagai ruang interaksi budaya dan sejarah bagi masyarakat serta wisatawan. Dengan keberadaannya, museum ini terus mengedukasi generasi muda mengenai identitas, sejarah, dan menjadi makna penting bagi pelestarian nilai-nilai budaya lokal di tengah perkembangan zaman. Masjid agung merupakan salah sat...

Potret Jejak Emas Di Kain: Museum Zainal Songket Palembang

Gambar
Lestari.News | Museum Zainal Songket, sebuah museum untuk melestarikan kain songket, sebuah kain tradisional khas Melayu Palembang yang dikenal dengan keindahan motif dan benang emasnya. Museum ini berlokasi di Jalan Ki Gede Ing Suro No. 173,  Kelurahan 32 Ilir, Kecamatan Ilir Barat ll, Kota Palembang, Kamis (08/05/25). Selain sebagai museum, tempat ini juga berfungsi sebagai galeri dan pusat pembuatan songket dengan menggunakan alat tenun tradisional palembang, menjaga keaslian dan nilai budaya dalam proses pembuatannya.  Dengan segala koleksi dan fungsinya, Museum Zainal Songket tidak hanya melestarikan kain songket sebagai warisan budaya, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap helai kain songket. Salah Satu perajin, Dea tengah melakukan proses Menenun benang menjadi kain songket, di halaman bawah rumah, Kamis (8/5/2025). LestariFoto/Joka Misbakhul Munir. Naga besaung memiliki simbol naga, yang hanya boleh di kenakan oleh ba...

Bukan Sekedar Museum Namun Gerbang Rahasia Menuju Jantung Sriwijaya

Gambar
Palembang - Lestari.News| Museum Balaputera Dewa, menjadi salah satu tujuan wisata budaya yang menawarkan napak tilas sejarah Sumatra Selatan. Museum ini berlokasi di Jalan Srijaya No.1, RW 5, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Sukarami, Kota Palembang, Minggu (04/05/25). Di antara koleksi yang ditampilkan, terdapat patung Gending Sriwijaya yang menggambarkan penari tradisional dalam prosesi penyambutan tamu kehormatan. Patung ini menjadi simbol penting dari kekayaan budaya Palembang, yang dahulu hidup dalam lingkungan kerajaan. Tak jauh dari sana, berdiri rumah limas khas Palembang yang menjadi simbol status sosial masyarakat masa lampau. Rumah ini dilengkapi dengan tempat sirih, yang dahulu digunakan sebagai sajian penghormatan kepada tamu, serta tempat lepeh sirih, wadah untuk membuang sisa kunyahan sirih setelah disuguhkan. Setiap sudut Museum Balaputera Dewa menyimpan cerita. Bukan hanya tentang benda-benda kuno, tetapi juga tentang nilai, tradisi, dan identitas yang tak lekang oleh zam...

Tentang Penulis

Gambar
Momen liputan pertama kali ke Museum Bala Putra Dewa, Minggu (4/5/2025) Liputan Kedua ke lokasi Zainal Songket,, Kamis (8/5/2025) Liputan akhir foto bersama narasumber di Banyuasin, Senin (12/5/2025) Nama Media : Bhuwana Lestari Segmentasi Media : Budaya Susunan Redaksi 1. Pimpinan Redaksi  : Joka Misbakhul Munir 2. Redaktur : Manda Dwi Lestari 3. Desain Grafis : Fitri Novitasari 4. Reporter :  Tia Apriyani 5. Sekretaris : Indri Aprianti